YOU JUST NEED
TO BELIEVE IT (31 Januari 2012)
Inspired by a true story
By : Ahmad
Akhlis
Aku sangat senang begitu melihat
banyak sekali ikan yang menyangkut di kailku. Begitu pun teman-temanku yang
ikut bersorak saat aku menunjukkan ikan-ikanku itu pada mereka. Tiba-tiba
seluruh keluargaku, bahkan keponakanku yang masih berumur 1 tahun pun ikut
berkumpul mengerumuni aku, ikut bersorak atas apa yang terjadi saat itu.
‘kriiiiiiiiiing’..
“Assalmu’alaikuum, ada apa ed..?”
“Wa’alaikum salam. Hadeeeh.. ni
anak kerjaannya tidur mulu.” Mungkin karena suaraku yang masih berat sehingga
Edi tau bahwa aku baru bangun dari tidur siang “Katanya mau belajar photoshop
lu, laptopku udah jadi nih. Kalo mau belajar ya ksini aja. Ku tunggu dari
kemaren kemaren gak ada dateng juga, eh malah tidur doank”
“hehehe.. namanya juga ngantuk”
dengan suara malas aq menjawabnya.
“Dasar tukang tidur. Kapan mau
ketempatku? Mumpung libur kuliah juga ni” tanya Edi padaku.
Aku melirik jam di dindingku yang
menunjukan pukul 13.15.
“Jam 3 ntar deh aku kerumah kamu”
sepertinya rasa ngantukku sedikit hilang setelah mendengar ocehan dari Edi.
“Aku mau kepasar ini ndul. Nanti
malam atau besok aja kalo mau, ya yang penting sms dulu lah kalo mau dateng.”
Katanya sangat jelas.
“Iya deh, ntar lah aku sms kamu
kapan aku mau dateng” jawabku.
“oke deeh.. udah dulu ya. Mau ke
pasar dulu nih (tuuuut..)” sudah menjadi kebiasaan Edi kalo mau nutup telfon
gak pake’ salam dulu.
Aku kembali mengingat-ingat mimpi
yang baru saja aku alami. Ikan-ikan yang besar dan banyak. Sejenak kemudian
hatiku bersorak karena aku teringat kata-kata emak bahwa kalo mimpi dapet ikan,
itu artinya mau dapet rezeki.
Enggan rasanya badan ini untuk segera
bangkit dari tempat tidur. Masih ada cukup waktu untuk sekedar buka facebook sebelum sholat
dhuhur. Itulah aku, suka sekali menunda waktu sholatku.
Perhatianku pun tertuju pada
salah satu status temanku di jejaring sosial itu. “aku semalem mimpi Ary
menikah :D” begitulah statusnya. Geli rasanya membaca status itu beserta
komentar-komentar dari teman-temanku. Memang kebanyakan teman-temanku punya
jiwa humor yang cukup tinggi sehingga komentar-komentarnya pun cukup banyak
yang mengundang tawa, hingga ada salah satu temanku berkomentar “katanya kalo
mimpi nikah itu artinya akan ada orang yang mau meninggal loh.. naudzubillah
min dalik”. Salah satu temanku pun segera berkomentar “hari gini masih percaya
mitos? :D”. Tiba-tiba aku ingin menceritakan mimpiku itu ke temanku karena
kebetulan sekali sedang membicarakan mimpi. Namun belum sempat aku mengetiknya,
salah satu temanku yang lain berkomentar “Yang membuat mimpi menjadi nyata itu karena
kamu terlalu mempercayainya, kan di Al Qur’an juga disinggung bahwa Allah tuh
seperti prasangka hambaNya. Jadi kalo bisa jangan lagi percaya dengan mitos
buruk seperti itu”
Sepertinya teman-temanku yang
lain tidak begitu tertarik dengan komentar itu. Namun lain halnya denganku.
Segera aku teringat kata-kata Romy Rafael, sang ahli hipnotis bahwa apa yang
kita percayai itulah yang akan terjadi. Aku juga teringat dengan film Kungfu
Panda. Disitu sang master kungfu juga berkata “All you need to do is, You just
need to believe (yang perlu kamu lakukan hanyalah, kamu harus percaya)”
Belum sampai 15 menit aku membuka
mata semenjak aku bangun tidur, handphoneku sudah bunyi untuk kedua kalinya.
‘kriiiing..’
“Assalaamu’alaikuum, kenapa yu?”
rupanya temanku, Bayu yang mengganggu kesunyian kamar kostku itu.
“Wa’alaikum salam.. Med, KRS-ku
udah selesai kah?” Bayu sedang berada di kampung halamannya, sehingga ia tidak bisa
mengurus KRS (Kartu Rencana Studi)nya.
“belum Yu, pasword kamu
bermasalah. Aku musti ke rektorat dulu nih buat reset pasword kamu” jawabku.
“Emangnya kapan kamu ke rektorat?
“ tanya Bayu sedikit antusias karna menyangkut urusan KRSnya.
“Kamis lah mungkin” jawabku
ragu-ragu karena aku seringkali malas buat datang ke rektorat.
“Selasa, Rabu, Kamis.. Kamis tuh
masih lusa nyong, knapa gak besok aja?” tampaknya ia memang gak tenang kalo
KRSnya belum selesai, beda sekali denganku.
“Besok aku ada kerjaan ndul,
kamis baru bisa kesana. Lagian masih lama juga tuh batas waktunya” jawabku agak
ketus.
“Owh.. yaudah ding, yang penting
jangan sampai kelewat waktunya aja. Oh iya, kamu udah nge-check rekeningmu belum
beberapa hari ini? Soalnya kata Edi, ada beberapa orang yang beruntung dikirimi
lagi dan lagi dalam rangka beasiswa. Lumayan eh 2,5juta” kata kata Bayu kali
ini benar benar mengundang antusiasku.
“Yang bener aja yu?” tanyaku
penasaran.
“Ya aku juga denger dari Edi, dia
sama anak B juga dapet tuh katanya. Kalo aku kmaren ngecheck tetep aja saldoku
cuman 30ribu”
“coba aku check sekarang.. udah
dulu ya , assalamu’alaikum” ku tutup telfonku sebelum aku sempat dengar jawaban
darinya. Aku agak deg-degan, karna sekitar 15 menit setelah aku bangun tidur
ini semuanya terasa sangat kebetulan. Mimpiku, ya aku teringat mimpiku tentang
ikan itu. Dan aku hanya harus percaya supaya itu menjadi nyata. Dan akupun
sangat optimis bahwa aku adalah salah satu orang yang beruntung tersebut.
Segera aku tancap gas setelah
mandi dan sholat dhuhur. Buku rekeningku tertinggal dirumah pacarku sehingga
aku harus mengambil kerumahnya dulu. Sepanjang perjalanan, aku terus
membayangkan wajah ibu dan saudara-saudaraku di kampung halaman. Rasanya
keinginanku untuk dapat pulang kampung akan segera terwujud beberapa saat lagi.
Tak sabar rasanya keinginanku untuk menceritakan ke mereka bagaimana rasanya
berada di perantauan selama 3 tahun untuk kuliah. Tak ada sedikitpun keraguan
bahwa aku adalah salah satu orang yang beruntung itu.
Pacarku sedang bekerja saat aku
datang kerumahnya, sehingga ibunya lah yang mengambilkan buku tabunganku
tersebut. Langsung saja aku meluncur ke Bank BTN terdekat untuk check saldo.
Bahkan aku tak ingin menyempatkan sedikit waktu hanya untuk membaca sms dari
Bayu.
**
‘Dup dup dup..’
Detak jantungku semakin tak
beraturan saat menunggu giliranku di panggil oleh teller bank tersebut. Suasana
kampung halaman yang berada di seberang lautan benar-benar berputar putar di
otakku. Aku segera memikirkan tentang apa saja yang nanti kubawa bila aku
pulang kampung. Ah, mungkin aku akan berada dikampung selama satu bulan. Tak
apalah ketinggalan beberapa kali kuliah asal bisa berkumpul bersama keluarga
lama-lama.
“Ahmad Akhlis” suara teller bank
itu membuat darahku berdesir. “belum ada aktifitas tranksaksi mas di
rekeningnya” kata teller bank itu sembari menyerahkan buku tabunganku yang
spontan membuyarkan angan-anganku.
Hanya aku, Tuhan dan debu debu
kecil yang tau bahwa aku menangis saat itu. Tak ada kalimat yang sanggup
menggambarkan betapa besarnya keinginan seorang anak untuk bertemu ibunya
beserta keluarganya, namun tak kunjung tersampaikan. Sakit.
Tampak gambar amplop di layar
handphoneku saat aku ingin melihat jam. Aku baru ingat bahwa aku belum membaca
sms dari Bayu. Dengan sedikit tersenyum aku membacanya. Beginilah smsnya
“ngook.. kalo urusan duit aja laju banget lu.. kalo berharap jangan terlalu
tinggi, ntar sakit banget itu kalo jatuh.. :p”
Iya Yu, sakit banget emang.
Dan akhirnya aku lebih percaya
bahwa ilmu tafsir mimpi itu hanyalah mitos, seperti apa yang dikatakan temanku.
Dan tak selamanya kata-kata Romy Rafael itu benar. Suasana saat aku dalam
perjalanan pulang kali in benar-benar berbanding terbalik dengan suasana saat
aku berangkat tadi. Tak tau kapan aku bisa berkumpul dengan mereka. Keluargaku.
**
Malam saat aku berada dirumah pacarku,
ia bertanya untuk apa aku mengambil bukutabunganku. Ia tau persis bahwa tak ada
saldo tersisa dalam buku tabunganku itu.
Aku pun menceritakan semuanya
padanya dengan menahan malu. Malu karena aku masih percaya mitos. Juga menahan
sedih yang teramat sangat karena semua harapanku tak tersampaikan.
Aku tak sampai menangis saat
menceritakan itu padanya, namun dia malah yang nangis saat mendengar ceritaku.
Ia pun pamit ke kamar sebentar. Mungkin dia malu menangis di depanku. Pikirku.
Tak lama kemudian, ia keluar
dengan senyum manisnya dan berkata “Tadaaa.. mimpi sayang jadi kenyataan :D”
Ternyata ia tak kuasa saat
mendengar ceritaku dan ia pun langsung menelfon Ayahnya yang berada di luar
kota. Ayahnya cukup tersentuh hatinya saat mendengar penuturan putrinya
tersebut sehingga ia mentransfer uang yang lebih dari cukup untukku pulang.
No comments:
Post a Comment