Wednesday, September 5, 2012

YOU JUST NEED TO BELIEVE IT


YOU JUST NEED TO BELIEVE IT (31 Januari 2012)
Inspired by a true story
By : Ahmad Akhlis


Aku sangat senang begitu melihat banyak sekali ikan yang menyangkut di kailku. Begitu pun teman-temanku yang ikut bersorak saat aku menunjukkan ikan-ikanku itu pada mereka. Tiba-tiba seluruh keluargaku, bahkan keponakanku yang masih berumur 1 tahun pun ikut berkumpul mengerumuni aku, ikut bersorak atas apa yang terjadi saat itu.
‘kriiiiiiiiiing’..
“Assalmu’alaikuum, ada apa ed..?”
“Wa’alaikum salam. Hadeeeh.. ni anak kerjaannya tidur mulu.” Mungkin karena suaraku yang masih berat sehingga Edi tau bahwa aku baru bangun dari tidur siang “Katanya mau belajar photoshop lu, laptopku udah jadi nih. Kalo mau belajar ya ksini aja. Ku tunggu dari kemaren kemaren gak ada dateng juga, eh malah tidur doank”
“hehehe.. namanya juga ngantuk” dengan suara malas aq menjawabnya.
“Dasar tukang tidur. Kapan mau ketempatku? Mumpung libur kuliah juga ni” tanya Edi padaku.
Aku melirik jam di dindingku yang menunjukan pukul 13.15.
“Jam 3 ntar deh aku kerumah kamu” sepertinya rasa ngantukku sedikit hilang setelah mendengar ocehan dari Edi.
“Aku mau kepasar ini ndul. Nanti malam atau besok aja kalo mau, ya yang penting sms dulu lah kalo mau dateng.” Katanya sangat jelas.
“Iya deh, ntar lah aku sms kamu kapan aku mau dateng” jawabku.
“oke deeh.. udah dulu ya. Mau ke pasar dulu nih (tuuuut..)” sudah menjadi kebiasaan Edi kalo mau nutup telfon gak pake’ salam dulu.
Aku kembali mengingat-ingat mimpi yang baru saja aku alami. Ikan-ikan yang besar dan banyak. Sejenak kemudian hatiku bersorak karena aku teringat kata-kata emak bahwa kalo mimpi dapet ikan, itu artinya mau dapet rezeki.
Enggan rasanya badan ini untuk segera bangkit dari tempat tidur. Masih ada cukup waktu  untuk sekedar buka facebook sebelum sholat dhuhur. Itulah aku, suka sekali menunda waktu sholatku.
Perhatianku pun tertuju pada salah satu status temanku di jejaring sosial itu. “aku semalem mimpi Ary menikah :D” begitulah statusnya. Geli rasanya membaca status itu beserta komentar-komentar dari teman-temanku. Memang kebanyakan teman-temanku punya jiwa humor yang cukup tinggi sehingga komentar-komentarnya pun cukup banyak yang mengundang tawa, hingga ada salah satu temanku berkomentar “katanya kalo mimpi nikah itu artinya akan ada orang yang mau meninggal loh.. naudzubillah min dalik”. Salah satu temanku pun segera berkomentar “hari gini masih percaya mitos? :D”. Tiba-tiba aku ingin menceritakan mimpiku itu ke temanku karena kebetulan sekali sedang membicarakan mimpi. Namun belum sempat aku mengetiknya, salah satu temanku yang lain berkomentar  “Yang membuat mimpi menjadi nyata itu karena kamu terlalu mempercayainya, kan di Al Qur’an juga disinggung bahwa Allah tuh seperti prasangka hambaNya. Jadi kalo bisa jangan lagi percaya dengan mitos buruk seperti itu”
Sepertinya teman-temanku yang lain tidak begitu tertarik dengan komentar itu. Namun lain halnya denganku. Segera aku teringat kata-kata Romy Rafael, sang ahli hipnotis bahwa apa yang kita percayai itulah yang akan terjadi. Aku juga teringat dengan film Kungfu Panda. Disitu sang master kungfu juga berkata “All you need to do is, You just need to believe (yang perlu kamu lakukan hanyalah, kamu harus percaya)”
Belum sampai 15 menit aku membuka mata semenjak aku bangun tidur, handphoneku sudah bunyi untuk kedua kalinya.
‘kriiiing..’
“Assalaamu’alaikuum, kenapa yu?” rupanya temanku, Bayu yang mengganggu kesunyian kamar kostku itu.
“Wa’alaikum salam.. Med, KRS-ku udah selesai kah?” Bayu sedang berada di kampung halamannya, sehingga ia tidak bisa mengurus KRS (Kartu Rencana Studi)nya.
“belum Yu, pasword kamu bermasalah. Aku musti ke rektorat dulu nih buat reset pasword kamu” jawabku.
“Emangnya kapan kamu ke rektorat? “ tanya Bayu sedikit antusias karna menyangkut urusan KRSnya.
“Kamis lah mungkin” jawabku ragu-ragu karena aku seringkali malas buat datang ke rektorat.
“Selasa, Rabu, Kamis.. Kamis tuh masih lusa nyong, knapa gak besok aja?” tampaknya ia memang gak tenang kalo KRSnya belum selesai, beda sekali denganku.
“Besok aku ada kerjaan ndul, kamis baru bisa kesana. Lagian masih lama juga tuh batas waktunya” jawabku agak ketus.
“Owh.. yaudah ding, yang penting jangan sampai kelewat waktunya aja. Oh iya, kamu udah nge-check rekeningmu belum beberapa hari ini? Soalnya kata Edi, ada beberapa orang yang beruntung dikirimi lagi dan lagi dalam rangka beasiswa. Lumayan eh 2,5juta” kata kata Bayu kali ini benar benar mengundang antusiasku.
“Yang bener aja yu?” tanyaku penasaran.
“Ya aku juga denger dari Edi, dia sama anak B juga dapet tuh katanya. Kalo aku kmaren ngecheck tetep aja saldoku cuman 30ribu”
“coba aku check sekarang.. udah dulu ya , assalamu’alaikum” ku tutup telfonku sebelum aku sempat dengar jawaban darinya. Aku agak deg-degan, karna sekitar 15 menit setelah aku bangun tidur ini semuanya terasa sangat kebetulan. Mimpiku, ya aku teringat mimpiku tentang ikan itu. Dan aku hanya harus percaya supaya itu menjadi nyata. Dan akupun sangat optimis bahwa aku adalah salah satu orang yang beruntung tersebut.
Segera aku tancap gas setelah mandi dan sholat dhuhur. Buku rekeningku tertinggal dirumah pacarku sehingga aku harus mengambil kerumahnya dulu. Sepanjang perjalanan, aku terus membayangkan wajah ibu dan saudara-saudaraku di kampung halaman. Rasanya keinginanku untuk dapat pulang kampung akan segera terwujud beberapa saat lagi. Tak sabar rasanya keinginanku untuk menceritakan ke mereka bagaimana rasanya berada di perantauan selama 3 tahun untuk kuliah. Tak ada sedikitpun keraguan bahwa aku adalah salah satu orang yang beruntung itu.
Pacarku sedang bekerja saat aku datang kerumahnya, sehingga ibunya lah yang mengambilkan buku tabunganku tersebut. Langsung saja aku meluncur ke Bank BTN terdekat untuk check saldo. Bahkan aku tak ingin menyempatkan sedikit waktu hanya untuk membaca sms dari Bayu.
**
‘Dup dup dup..’
Detak jantungku semakin tak beraturan saat menunggu giliranku di panggil oleh teller bank tersebut. Suasana kampung halaman yang berada di seberang lautan benar-benar berputar putar di otakku. Aku segera memikirkan tentang apa saja yang nanti kubawa bila aku pulang kampung. Ah, mungkin aku akan berada dikampung selama satu bulan. Tak apalah ketinggalan beberapa kali kuliah asal bisa berkumpul bersama keluarga lama-lama.
“Ahmad Akhlis” suara teller bank itu membuat darahku berdesir. “belum ada aktifitas tranksaksi mas di rekeningnya” kata teller bank itu sembari menyerahkan buku tabunganku yang spontan membuyarkan angan-anganku.
Hanya aku, Tuhan dan debu debu kecil yang tau bahwa aku menangis saat itu. Tak ada kalimat yang sanggup menggambarkan betapa besarnya keinginan seorang anak untuk bertemu ibunya beserta keluarganya, namun tak kunjung tersampaikan. Sakit.
Tampak gambar amplop di layar handphoneku saat aku ingin melihat jam. Aku baru ingat bahwa aku belum membaca sms dari Bayu. Dengan sedikit tersenyum aku membacanya. Beginilah smsnya “ngook.. kalo urusan duit aja laju banget lu.. kalo berharap jangan terlalu tinggi, ntar sakit banget itu kalo jatuh.. :p”
Iya Yu, sakit banget emang.
Dan akhirnya aku lebih percaya bahwa ilmu tafsir mimpi itu hanyalah mitos, seperti apa yang dikatakan temanku. Dan tak selamanya kata-kata Romy Rafael itu benar. Suasana saat aku dalam perjalanan pulang kali in benar-benar berbanding terbalik dengan suasana saat aku berangkat tadi. Tak tau kapan aku bisa berkumpul dengan mereka. Keluargaku.
**
Malam saat aku berada dirumah pacarku, ia bertanya untuk apa aku mengambil bukutabunganku. Ia tau persis bahwa tak ada saldo tersisa dalam buku tabunganku itu.
Aku pun menceritakan semuanya padanya dengan menahan malu. Malu karena aku masih percaya mitos. Juga menahan sedih yang teramat sangat karena semua harapanku tak tersampaikan.
Aku tak sampai menangis saat menceritakan itu padanya, namun dia malah yang nangis saat mendengar ceritaku. Ia pun pamit ke kamar sebentar. Mungkin dia malu menangis di depanku. Pikirku.
Tak lama kemudian, ia keluar dengan senyum manisnya dan berkata “Tadaaa.. mimpi sayang jadi kenyataan :D”
Ternyata ia tak kuasa saat mendengar ceritaku dan ia pun langsung menelfon Ayahnya yang berada di luar kota. Ayahnya cukup tersentuh hatinya saat mendengar penuturan putrinya tersebut sehingga ia mentransfer uang yang lebih dari cukup untukku pulang.

No comments:

Post a Comment